Di
Indonesia, beberapa nama yang terkenal dalam dunia musik reggae antara
lain Tony Q, Steven & Coconut Treez, Joni Agung (Bali), New
Rastafara, dan Heru ’Shaggy Dog’ (Yogyakarta) dan masih banyak lagi
bermunculan band-band baru. Sekitar tahun 1986, musik reggae mulai
dikumandangkan di Indonesia.
Band
itu adalah Black Company, sebuah band dengan genre reggae. Kemudian
beberapa tahun kemudian muncul Asian Roots yang merupakan turunan dari
band sebelumnya. Lantas ada pula Asian Force, Abresso dan Jamming.
Keberadaan musik reggae di Indonesia terkesan terpinggirkan. Apalagi
kesan yang diperoleh ketika seseorang melihat penampilan para musisi
reggae yang terkesan urakan. Bahkan, ada idiom yang hingga kini
membuatnya yaitu reggae identik dengan narkoba. Apakah reggae identik
dengan narkoba? Inil salah penafsiran sahaja. Sebut saja nama Tony Q
yang dengan tegas bahwa reggae-nya adalah menitikberatkan pada cinta
damai. Bila ditilik dari sejarahnya memang demikian yaitu identik dengan
‘ital’ –Ganja—sebut saja lagu Petertosh Let Jah Be praised, Mystic man,
Legalized it dll. Yang begitu mengagungkan ganja sebagai alat seorang
rastaman bersatu dengan Jah atau tuhan mereka. Memang tidak bisa
dipungkiri pandangan negatif tentang musik ini. Sebenarnya tidak
demikian gerakan rastafari adalah sebuah gerakan besar yang terdiri
banyak sekte bahkan tidak mengikat, artinya seseorang bebas menentukan
jalan hidupnya tetapi tetap mengakui Rastafari Makonnen sebagai Messias
baru. Bahkan di Jamaika seorang Rastafarian adalah seorang vegetarian
tulen. Jika seorang Peter Tosh atau Bob Marley dengan lirik-liriknya
yang berbau ganja hanya disebabkan mereka menemukan bahwa itulah suatu
jalan menuju kedamaian batinnya saja, disamping makanan ital dan ganja
adalah budaya Africa yang menurut mereka sebagai sesuatu yang harus
dirangkul kembali. Dalam ajaran rasta tidak ada yang mengharuskan
meng-ganja. Atau meng-gimbal, itu hanyalah pemikiran tentang perangkulan
budaya Africa yang dianggap rendah oleh kulit putih, dan pengikut
ajaran ini ingin membuktikan bahwa budaya ini tidaklah rendah. Coba anda
resapi lirik dari salah satu lagu Tony Q Rastafara ini: “”Reggae nggak
harus gimbal Gimbal gak selalu reggae Reggae nggak harus maganjo Reggae
adalah musiknya pecinta damai Sapa sing ngomong reggae ora penak Wong
penake kaya ngene…..” Maju terus Reggae Indonesia—Piss Damai di hati—Jah
Bless All
Tidak ada komentar:
Posting Komentar